5 Maret 2011

Manusia Dan Cinta

     Dapet tugas dari dosen IBD buat nyari buku tentang "manusia dan cinta" karya Erich Fromm terus di posting ke blog, hmm awal nya bingung hehe, soalnya belom pernah denger tentang Erich Fromm sebelumnya. 

    Erich Fromm adalah seorang psikolog yang lahir di Frankfurt pada tahun 1900, ia banyak menaruh perhatian pada karakter sosial di masyarakat modern. Tahun 1934 ia mengungsi ke Amerika, dan pindah ke Swiss 1971 serta menetap disana hingga meninggal pada tahun 1980. Karya-karyanya meliputi Escape from Freedom, The Sane Society, To Have or to Be, The Art of Loving dan banyak lagi yang lainnya. 

    The Art of Loving inilah buku yang saya cari, agak sulit cari buku ini sekarang, tapi akhirnya ketemu juga The Art of Loving terbitan dari Freshbook. Dibawah ini adalah sedikit kutipan dari buku ini.
    Sejak buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1956, buku ini telah terjual lebih dari 6 juta copy. Buku ini dipenuhi oleh hal-hal yang menyejukkan dan juga membangun, sekaligus menuntut keterbukaan pikiran. Jika anda mengharapkan suatu arahan yang mudah tentang seni mencintai, maka jangan pernah membaca buku ini. Karena buku ini tidak berisikan itu semua.          Dalam buku ini, cinta adalah seni, yang mensyaratkan perjuangan, kesabaran, konsentrasi dan yang terpenting adalah kematangan pribadi. Hanya mereka yang telah terbebas dari sifat kekanak-kanakan, kepicikan dan ketertutupan yang akan sanggup mencintai dan bisa mengerti buku ini.  
    Buku ini menunjukan bahwa  cinta bukanlah sebentuk perasaan yang dengan mudah bisa di alami oleh semua orang, tetapi cinta selalu terkait dengan masalah kedewasaan. Semua usaha untuk meraihnya akan mengalami kegagalan jika tidak di sertai dengan pengembangan totalitas kepribadian. Dan cinta ini tidak dapat diperoleh tanpa adanya kemampuan untuk mencintai sesama. Itu semua juga tidak akan mungkin tercapai tanpa adanya sikap rendah hati, berani, percaya dan disiplin, apabila sifat-sifat seperti ini sudah tidak ada lagi, dapat dipastikan kemampuan untuk mencintaipun menjadi suatu hal yang langka.
    Langkah pertama yang harus di ambil dalam hal ini adalah dengan menyadari bahwa cinta adalah suatu seni , sama seperti hidup ini. Jika kita ingin belajar bagaimana mencintai, kita juga harus memulainya lewat cara yang sama ketika kita ingin mempelajari seni, entah itu seni musik, seni lukis, seni pahat, seni pengobatan atau seni bangunan.
    Mengapa sangat sedikit orang dalam kebudayaan kita yang mempelajari seni mencintai, padahal mereka nyata-nyata mengalami kegagalan dalam hal tersebut? Itu semua adalah karena orang-orang zaman sekarang selalu mendambakan cinta, akan tetapi perhatian mereka lebih tertuju pada hal-hal yang lain seperti kesuksesan, prestige, uang dan kekuasaan.
     Cinta yang matang adalah kesatuan dengan sesuatu atau seseorang di bawah kondisi saling tetap mempertahankan integritas dan individualitas masig-masing.
     Rasa iri, cemburu, hasrat dan segala bentuk ketamakan adalah nafsu, sementara cinta adalah tindakan, sebentuk praktek manusia yang hanya dapat diwujudkan dalam kebebasan, jadi itu semua tidak akan pernah terwujud oleh paksaan. Semua ini bukan karena persoalan memberi ataupun menerima. Namun selama ini terjadi kesalahpahaman luar biasa dalam memandang tindakan memberi. Memberi sering disamakan dengan "Memberikan" sesuatu atau mengorbankan sesuatu.
     Yang terpenting dalam hal ini bukan soal bahwa dia telah mengorbankan hidupnya demi orang lain melainkan bahwa dia telah memberikan apa yang hidup dalam dirinya; dia memberikan kegembiraannya, kepentingannya, pemahamannya, pengetahuannya, kejenakaannya, kesedihannya dan semua ekspresi serta manifestasi yang ada dalam dirinya. Yang pasti cinta itu tidak pernah lahir dari dominasi atau paksaan.
     Jika seseorang hanya mencintai seseorang tetapi tidak memiliki kepedulian terhadap yang lain maka hal itu tidak layak disebut cinta. Mencintai seseorang bukan hanya melibatkan perasaan yang kuat melainkan juga melibatkan keputusan, suatu penilaian, suatu perjanjian. Apabila cinta hanya merupakan perasaan semata, maka tidak ada dasar untuk saling berjanji untuk mencintai selama-lamanya. Suatu perasaan bisa timbul dan bisa lenyap kapan saja, dan dengan kenyataan ini, bagaimana bisa memastikan bahwa perasaan itu akan tetap ada untuk selama-lamanya tanpa mengandaikan adanya suatu penilaian atau keputusan.
     Pada dasarnya semua makhluk manusia itu sama. Kita semua merupakan bagian dari yang satu; kita adalah satu. Karena demikian halnya, maka kita tidak perlu ambil pusing siapa yang akan kita cintai. Cinta pada dasarnya merupakan suatu kemauan, suatu keputusan untuk mengikat kehidupan dengan kehidupan orang lain.
      

Selamat Mencintai :)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar