9 Januari 2012

Perusahaan yang Pailit

Pailit adalah debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadaan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya; apabila debitur merupakan bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia. bangkrut (bankrupt).
Secara sederhana, perusahaan merugi jika pengeluarannya lebh besar dari pendapatan. Keuntungan ibarat darah bagi perusahaan. Jika keuntungan tidak kunjung menjelang sampai memakan habis persediaan uang tunai perusahaan, maka perusahaan lambat laun akan berhenti beroperasi, apalagi jika keadaan diperburuk dengan jumlah utang yang menggunung. Tak ayal lagi dentang lonceng kematian semakin keras terdengar sebagai peringatan bagi pimpinan maupun karyawan perusahaan tersebut untuk bersiap diri menghadapi ke-mungkinan terburuk: perusahaan gulung tikar.
Ada beberapa hal yang harus dihindari agar perusahaan tidak menuju kebangkrutan. Inilah di antaranya:

Takut untuk mengambil risiko
Banyak perusahaan yang kadang-setelah mencapai sukses yang didambakan-jadi takut untuk mengambil langkah maju yang cenderung berisiko. Sebab, kesuksesan kadang melenakan, sehingga akhirnya kita takut untuk melangkah lebih jauh.

Cenderung tidak fleksibel
Saat menjalankan sebuah perusahaan, kita harus terus belajar dan mencari inovasi terbaik yang bisa dilakukan guna mengembangkan produk yang kita miliki.

Mengisolasi diri sendiri
Ada orang-orang tertentu yang mengisolasi dirinya pada ruangan besar dan menutup rapat-rapat ruangannya. Ia seolah-olah mengatakan pada orang di sekelilingnya: "Jangan membuat bos marah. Jangan bawa kabar buruk." Orang seperti ini hanya akan menjadi "katak dalam tempurung" yang tak tahu perkembangan yang terjadi di sekelilingnya. Akibatnya, ia pun tak bisa mendapat banyak masukan yang berguna untuk perkembangan usaha.

Beranggapan tidak terjadi kesalahan apa-apa
Sifat sering mencari kambing hitam kadang juga melanda sebuah perusahaan. Maka, ketika terjadi sesuatu yang mengguncangkan perusahaan-dan masih saja merasa itu adalah kondisi di luar perusahaan yang memengaruhi- siap-siap sajalah menerima
kekalahan. Karena itu, jika tidak ingin hal tersebut melanda perusahaan kita, cobalah untuk lebih terbuka untuk mengevaluasi secara menyeluruh baik internal dan eksternal.

Bermain-main dengan "garis batas pelanggaran"
Ada beberapa pihak yang kadang menjadikan pelanggaran sebagai bagian-yang konon-akan mempermudah jalannya usaha. Untuk jangka waktu yang pendek, barangkali ini akan jalan. Tapi, seiring dengan penegakan hukum yang terus dilakukan, hal seperti ini tak akan langgeng. Untuk itu, etika dalam berbisnis sudah sepantasnya harus selalu dijaga sejak awal berdirinya usaha. 
Setiap kasus jatuhnya bisnis, selalu memiliki sebab, dan memiliki tanda-tanda. Berikut 10 tanda-tanda bisnis ambles yang mengarah pada jatuhnya sebuah bisnis. Berikut 10 tanda-tanda bisnis yang  cenderung meluncur ambles jika tidak segera dikendalikan dari awal. Disarikan dari berbagai pengalaman para praktisi entrepreneur yang telah berpengalaman jatuh bangun mengelola usahanya.

Pertama, Tidak Sabar.

Pebisnis yang tidak sabar cenderung tidak telaten mengelola usahanya. Ketidaksabaran juga menyebabkan banyak kecerobohan yang muncul. Ketidaksabaran dan kecerobohan diakui oleh banyak pebisnis merupakan faktor yang sering menjadi penyebab hancurnya bisnis yang sudah dibina bertahun tahun.

Kedua, Melupakan Kepentingan Usaha, Mengutamakan Kepentingan Pribadi.
Pebisnis yang mulai sukses, seringkali lupa membangun usahanya lebih kuat, lebih berdaya saing. Ia terlena dengan usahanya yang sudah mulai berjalan, padahal sejalan dengan berkembangnya usaha yang didirikannya, banyak kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan usaha tersebut. Ia justru meningkatkan dan mengutamakan keperluan pribadi yang justru tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan usaha.
Ketiga, Terjebak Kredit Macet.
Akses kredit yang mudah, baik yang ditawarkan oleh perbankan atau melalui kartu kredit jika tidak dilakukan secara hati-hati dan terukur menjadi penyebab kejatuhan bisnis seseorang. Gunakan kredit perbankan seluruhnya untuk kegiatan usaha, dan jangan untuk kegiatan konsumsi.

Kelima, Terlibat Masalah Hukum.
Ketika sudah tekad menjadi pewirausaha, yang paling penting diperhatikan adalah perilaku sosial harus jauh dari masalah hukum, misalnya menipu, membohongi orang lain, mencuri serta berperilaku negatif, karena sewaktu-waktu hukum tersebut akan memenjarakan dan berakibat buruk bagi bisnis yang anda bangun, dan reputasi bisnis dapat hancur seketika.

Keenam, Suka membeli barang yang tidak bermanfaat.
Jika sesekali membeli barang yang tidak ada manfaatnya bolehlah diabaikan, tetapi jika suka (berarti dilakukan berkali-kali) maka kebiasaan ini dapat menyebabkan keuangan perusahaan dalam keadaan bahaya. Misalnya, setiap ada pesta selalu membeli baju baru, atau setiap tahun selalu membeli mobil baru.

Ketujuh, Gampang tergoda promosi.
Menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan perusahaan memang itulah harapannya, tetapi banyak pewirausaha yang baru tumbuh selain memiliki kebiasaan membeli produk yang tidak ada manfaatnya juga gampang tergoda oleh rayuan promosi. Setiap ada pameran selalu menekan kontrak order barang tanpa mempedulikan kondisi keuangan perusahaan.

Kedelapan, Terlalu ambisius, sehingga action bisnisnya tanpa perhitungan sama sekali.
Modal nekad doang. Yang penting jalan dulu. Akhirnya ya benar-benar jalan merosot terus ke bawah.

Kesembilan, Terlalu banyak pakai uang orang lain...atau terlalu BODOL (Berani Optimis Pakai Duit Orang Lain).
Sehingga berakibat lupa diri, bahwa itu duitnya orang lain yang harus dikembalikan juga...bukan duitnya sendiri. Nah, karena lupa diri ini, maka cara pakai duitnya juga bisa saja sembarangan, tidak menggunakan perhitungan untung rugi bisnis. Asal pakai saja, urusan menyusul belakangan.

Kesepuluh, Tidak mau dan tidak cepat belajar tentang kondisi dari lingkungan bisnisnya.